Dongeng Sebelum Tidur Romantis Haya & Hana

Posting Komentar

Di artikel kali ini Rafsablog akan berbagi sebuah cerita menarik yang berjudul Langit di Antara Kita: Dongeng Sebelum Tidur Romantis Haya & Hana. Langit di Antara Kita mengisahkan sebuah perjalanan cinta yang penuh dengan keindahan sederhana dan perpisahan yang tak terhindarkan.

Dalam cerita ini, Haya, seorang penulis buku anak-anak, dan Hana, seorang ilustrator freelance, saling bertemu di sebuah kota kecil yang tenang, di mana dua dunia yang berbeda bertemu dan bersatu. Mereka menemukan kenyamanan satu sama lain dalam kebersamaan yang tanpa drama, namun penuh dengan emosi yang mendalam.

Dongeng Sebelum Tidur Romantis Haya & Hana


Cinta mereka berkembang perlahan, tetapi ujian terbesar datang ketika jarak dan waktu memisahkan mereka. Namun, kisah ini bukan hanya tentang perpisahan, melainkan tentang pengorbanan, harapan, dan bagaimana cinta sejati akhirnya menemukan jalannya kembali. Dalam artikel ini, kita akan mengulik lebih dalam tentang tema-tema yang muncul dalam dongeng ini, serta bagaimana cerita ini mengajarkan kita tentang arti cinta yang tulus dan kesetiaan.

Sinopsis:

Langit di Antara Kita adalah sebuah dongeng romantis tentang dua hati yang saling mencari, meskipun dunia mereka terpisah oleh waktu dan ruang. Haya, seorang penulis buku anak-anak yang tinggal di sebuah kota kecil, menjalani hidup yang sederhana dan penuh kenangan akan masa kecilnya. Di sisi lain, Hana, seorang ilustrator freelance yang baru saja keluar dari hubungan yang menguras energi, memutuskan untuk pindah ke kota kecil tersebut mencari ketenangan.

Pertemuan pertama mereka terjadi secara tak sengaja, di bawah hujan yang menetes pelan. Pandangan mata yang saling bertemu di jendela rumah Haya menjadi titik awal dari sebuah hubungan yang tumbuh perlahan, penuh dengan percakapan ringan, tawa, dan kebersamaan yang mendalam. Meskipun berbeda latar belakang dan tujuan, mereka menemukan kenyamanan satu sama lain dalam kesederhanaan hari-hari yang mereka jalani bersama. Haya menulis, Hana menggambar, dan mereka menciptakan dunia imajinasi mereka sendiri, yang penuh dengan kisah cinta yang tak terucap.

Namun, ketika Hana mendapat kesempatan besar untuk bekerja di luar kota, keduanya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa cinta yang mereka miliki mungkin harus berpisah demi mengejar mimpi masing-masing. Haya yang mencintai Hana dengan tulus, melepaskannya demi kebahagiaannya. Hana pun pergi, meskipun hatinya tetap tertinggal di kota kecil itu.

Setahun kemudian, buku yang mereka ciptakan bersama, Langit di Antara Kita, terbit dan menjadi bestseller. Namun, meskipun terpisah fisik, Haya dan Hana tetap saling merindukan. Hana, yang akhirnya menyadari bahwa kebahagiaan sejatinya ada bersama Haya, memutuskan untuk kembali dan membawa cintanya pulang. Dengan satu sketsa terakhir yang menggambarkan kerinduan, Hana kembali ke kota kecil itu, dan di bawah langit yang sama, mereka bersatu kembali.

Langit di Antara Kita adalah kisah tentang cinta yang tumbuh dengan lembut, tentang perpisahan yang penuh pengorbanan, dan tentang harapan yang akhirnya membawa dua hati kembali bersama, meskipun takdir sempat memisahkan mereka.

Dongeng Sebelum Tidur Romantis Haya & Hana

Langit di Antara Kita

Bagian 1: Pertemuan di Balik Jendela Hujan

Haya adalah seorang penulis buku anak-anak yang tinggal di pinggir kota kecil bernama Langitasari, tempat di mana waktu seperti berjalan lebih lambat dan hujan selalu datang dengan aroma nostalgia. Rumahnya berdiri di ujung jalan berbatu, dibangun dari kayu pinus tua dengan cat krem yang mulai pudar. Jendela besar di ruang tamunya langsung menghadap ke taman kota yang dipenuhi pohon flamboyan dan kursi kayu tua, tempat favorit para lansia menikmati sore dengan segelas teh.

Setiap pagi, Haya duduk di dekat jendela itu, menulis kisah-kisah tentang keberanian, persahabatan, dan cinta yang lembut. Rumah itu sederhana, tetapi penuh dengan kehidupan: rak buku tinggi menjulang, dinding-dinding yang dipenuhi coretan tangan Haya tentang karakter-karakter dongeng, dan aroma kayu manis dari dapur kecilnya yang selalu membuat suasana jadi hangat. Dapur itu juga menyimpan banyak kenangan dari masa kecilnya—ibunya biasa membuatkan roti panggang sambil mendongeng tentang dunia-dunia yang tak pernah ia temukan di buku manapun.

Dunia Haya tenang, tidak terlalu banyak interaksi dengan orang lain, hanya ia dan imajinasinya. Ia mengisi hari-harinya dengan menulis dan menyiram tanaman di taman depan. Taman kecil itu adalah pelariannya, tempat ia berbicara dengan bunga dan mencurahkan isi hati saat kata-kata tak tertuang dalam tulisan. Haya dikenal di lingkungan sebagai sosok yang ramah tapi tertutup, dan hanya sedikit yang tahu bahwa di balik senyumnya, ia menyimpan kesepian yang panjang sejak kehilangan ayahnya di masa remaja.

Suatu sore yang basah, saat hujan turun deras dan langit kelabu menyelimuti kota kecil itu, Haya duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan hujan yang menetes pelan di kaca. Lampu jalan mulai menyala redup. Suara hujan berpadu dengan gemericik air selokan dan suara burung yang mencari perlindungan. Tiba-tiba, ia melihat seseorang berdiri di halte kecil dekat taman. Perempuan muda dengan payung merah yang tampak kikuk, menatap langit seolah mencari sesuatu. Ia berdiri lama, seperti tak yakin ingin ke mana. Dari kejauhan, Haya bisa melihat raut wajahnya yang sendu, namun menenangkan.

Perempuan itu adalah Hana.

Hana baru saja pindah ke kota itu dari ibu kota. Ia bekerja sebagai ilustrator freelance yang baru saja keluar dari hubungan yang membuatnya lelah. Hubungan itu telah menguras energinya selama bertahun-tahun—cinta yang awalnya indah, perlahan berubah menjadi beban. Ia memutuskan pindah ke kota kecil yang jauh dari kebisingan, mencari ketenangan, mencari dirinya sendiri.

Hari itu adalah hari pertamanya di kota baru, dan ia tersesat. Tanpa sadar, ia berhenti di halte dekat taman, bingung dan ragu. Ia tidak tahu bahwa tatapan dari balik jendela rumah kecil itu akan mengubah seluruh hidupnya.

Keesokan harinya, Hana kembali melewati taman itu. Kali ini, hujan hanya sisa gerimis, dan Haya sedang menyiram bunga di halaman depan. Pandangan mereka bertemu. Tak ada kata-kata, hanya senyum. Tapi dari senyum itulah cerita mereka dimulai. Sebuah perkenalan tanpa suara, namun berbicara lebih dari ribuan kata.

Bagian 2: Cerita di Cangkir Kopi

Hari demi hari berlalu, dan tanpa mereka sadari, mereka mulai sering bertemu. Awalnya hanya sapa pagi, lalu menjadi obrolan ringan di bangku taman, hingga akhirnya Hana sering mampir ke rumah Haya, membawa sketsa gambarnya dan duduk di ruang kerja Haya yang penuh buku dan catatan-catatan cerita dongeng.

Haya menawarkan kopi buatan tangannya setiap kali Hana datang. Bukan kopi istimewa, hanya seduhan sederhana dengan sentuhan kayu manis dan susu hangat. Tapi bagi Hana, itu adalah kopi paling nyaman yang pernah ia rasakan. Mereka menyebutnya "kopi cerita", karena setiap cangkir membawa percakapan yang lebih dalam. Dari sekadar pertanyaan "sudah makan?" hingga pengakuan tentang mimpi masa kecil yang belum tercapai.

"Aku suka cerita anak-anak," kata Hana suatu hari, sembari menggambar sosok peri kecil di sudut kertasnya. "Tapi kadang aku merasa, kisah cinta orang dewasa itu jauh lebih rumit."

Haya menyentuh gelasnya yang masih hangat. "Makanya aku lebih suka menulis cerita anak-anak. Mereka tidak bertele-tele. Kalau suka, bilang suka. Kalau sedih, mereka menangis."

"Dan kalau bahagia, mereka peluk siapa pun di dekatnya," sambung Hana sambil tersenyum, matanya menyiratkan rasa hangat.

Mereka tertawa. Dan perlahan, tawa itu menjadi obat bagi Hana. Ia mulai merasa dirinya utuh kembali. Tidak terburu-buru, tidak dipaksa. Hubungan mereka seperti teh hangat yang diseruput pelan-pelan. Ada waktu untuk mengenali, menerima, dan menyembuhkan. Mereka bahkan punya tradisi kecil: menulis satu kalimat di dinding ruang kerja setiap kali bertemu. Kalimat-kalimat itu tumbuh menjadi puisi tak berjudul yang hanya bisa dimengerti oleh mereka berdua.

Haya mulai menuliskan kisah baru—tentang seorang pangeran hutan dan putri langit, yang saling mencintai tapi tinggal di dunia berbeda. Hana mulai menggambar ilustrasi untuk cerita itu. Mereka mendiskusikan plot sambil berjalan menyusuri taman, tertawa saat tidak sepakat, dan tertawa lebih keras saat akhirnya sepakat. Kadang mereka ke pasar pagi, membeli bunga dan roti, lalu pulang untuk menulis dan menggambar bersama.

Tanpa sadar, mereka sedang menciptakan dunia kecil mereka sendiri—bukan hanya di atas kertas, tapi juga di antara ruang dan waktu yang mereka isi bersama. Sebuah dunia yang sunyi namun penuh warna, sederhana namun sarat makna.

Suatu malam, setelah menyelesaikan satu bab cerita, mereka duduk di beranda, memandangi bintang.

"Haya... kamu percaya cinta bisa menyembuhkan masa lalu?"

"Aku percaya... cinta yang tulus tidak datang untuk menambal luka. Tapi ia datang untuk mengajarkan bahwa luka adalah bagian dari tumbuhnya kita."

Malam itu, hujan turun pelan. Dan Hana tahu, ia telah menemukan rumah yang selama ini ia cari—di hati seseorang yang menatapnya seolah ia adalah satu-satunya bintang di langit malam.

Bagian 3: Hujan yang Membawa Jawaban

Bagi Anda yang penasaran dengan ceritanya, Anda bisa klik link di bawah. Dengan memiliki cerita versi PDF sama dengan Anda sudah mendukung penulis untuk terus berkarya.

Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar