Rumah Kosong

21 komentar

Waktu itu ayah menyuruhku untuk membelikan sebungkus rokok di warung dekat rumah, kebetulan warung itu lagi tutup, akhirnya aku mencari warung lain di desa tetangga.
Aku lihat di jam tangan ternyata sudah pukul 20.30, dan aku segera bergegas sebelum warungnya tutup. Sebelum sampai diwarung, aku melewati rumah kosong yang tak berpenghuni. Aku berhenti sejenak untuk melihat rumah kosong itu. Ntah kenapa rasanya tiba-tiba aku merinding, dan aku penasaran dengan rumah kosong itu. Gelap tak ada satupun lampu yang hidup, dan itu membuatku tertarik untuk memasukinya.
Saat ku lihat jam tangan ternyata sudah pukul 20.40.
“Wahh, sudah jam segini, keburu warung tutup nih.”
Lalu aku bergegas ke warung untuk membeli rokok buat ayah.

-Minggu pagi 7.30
Habis sarapan aku pergi ke rumah Andre untuk menceritakan tentang rumah kosong yang ada di desa tetangga itu.
"Ndre.. Andre.." *Aku memanggil Andre berulang kali sambil mengetuk pintu.
"Iya bentar.." jawab Andre.
Aku menceritakan rumah itu dan mengajak Andre untuk memasuki rumah tersebut, tanpa basa-basi Andre menyetujui ajakan dariku.
"Sebelumnya kita nyiapain apa dulu wan?" kata Andre.
Iwan, Itulah namaku.
"Kayanya senter sama Hp sudah cukup ndre." jawabku.
Akhirnya malampun tiba, aku sms Andre untuk segera ketemuan sekarang.

[next]
-Minggu malam 20.00
*Sms
Aku: Ndre, ayo kita berangkat sekarang, aku tunggu di pos ronda.
Andre: Oke siap, aku kesana.

Setelah kami ketemu, kami langsung jalan ke rumah kosong itu. Saat sudah dekat dengan rumah kosong ada seorang kakek tapi belum terlalu tua mendatangi kami dan bertanya.
"Mau ke rumah kosong itu ya nak?" kata kakek dengan suara rendah.
"Iya kek, kakek kok tau?" jawabku.
"Hati-hati ya nak.." kata kakek sambil berjalan pergi.
"Iya kek." dan kakek tak menjawab pertanyaanku.

Kakek itupun lalu pergi ntah mau kemana, lalu kami melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya sampai di depan rumah kosong itu.
"Wan, ini kita beneran mau masuk?" kata Andre sambil menatap rumah kosong.
"Iya ndre, kita siapin senternya dulu." jawabku.
Andre yang awalnya berani dan tanpa basa-basi saat ku ajak, kini dia meraa takut.
“Udah ndre, tenang ada aku.” kataku sambil menepuk pundak Andre.

Setelah kami menyiapkan senternya kami mencoba masuk ke dalam. Saat kami sudah masuk di rumah kosong itu suasana mendadak menjadi horor, udara menjadi dingin, hingga bulu kuduk berdiri. Tapi kami mencoba untuk memberanikan diri untuk berkeliling di dalam rumah itu.
*Pyaarrr.. *Suara piring pecah
Terdengar jelas ada suara piring pecah dan suasana menjadi tambah horor.
“A.. a.. ayo ndre kita cari suara itu..” kataku sambil sedikit takut.
Saat kami cari ternyata benar, kami menemukan piring pecah yang sudah berserakan di lantai.
“Ru.. rumah ini angker ternyata, wan.” Kata Andre sambil ketakutan.
“Yaudah kita foto-foto aja sekililing rumah ini lalu pulang.” kataku.

[next]
Aku berniat untuk mengambil foto tiap sudut dan sekeliling rumah itu untuk dilihat kembali dan mengisi rasa penasaranku dengan rumah kosong itu.
Lalu Andre aku suruh menemaniku dari belakang.
*Cekrek cekrek
1 jepretan, 2 jepretan sampai 15 jepretan.
Karena kurasa sudah cukup, akhirnya aku mengajak Andre pulang.
“Udah cukup nih, ayo ndre kita pulang.”
Saat sudah keluar rumah akhirnya suasana kembali normal dan rasa takut Andre hilang.
Andre: Huft.. lega udah keluar dari rumah itu.
Aku: Iya ndre aku juga.
Andre: Fotonya mau buat apa wan? *dengan muka penuh penasaran
Aku: Mau liat-liat ndre, ayo besok ke rumahku kita liat bareng.
Andre: Oke wan siap.

-Senin siang 14.00
*Sms *Sehabis pulang sekolah

Aku: Ayo ndre ke rumahku sekarang kita liat fotonya.
Andre: Oke wan tunggu ya, baru sampe rumah nih hehe.
*Tok tok *Ketuk pintu
Andre: Wan.. iwan..
Aku: Masuk ndre..

[next]
Andre datang ke rumahku karena dia juga penasaran dengan foto tadi malam dirumah itu. Lalu aku buka kembali foto-foto yang aku jepret tadi malam.
*Foto1 *Foto2 *Foto3
Di foto ke-3 kami pun kaget dengan adanya sosok boneka raksasa dengan mata merah di foto itu.
"Ini kenapa ada boneka disini?" kata Andre sambil tercengang.
"Entahlah, Ndre. Aku mengambil gambar ini ketika malam hari, jadi tidak terlihat." kataku.

*Foto4 *Foto5 *Foto6 *Foto7
Di foto ke-7 tampak kaya biasa-biasa saja, tapi setelah di perbesar fotonya, ada sosok wanita duduk yang lagi menyusui anaknya.
"Serem waaaan..!!!" Andre ketakutan saat melihat foto itu.
"Apalagi ini??" kataku.

*Foto8 *Foto9-foto12
Foto9 sampai foto12 cuma ada kaya bulatan-bulatan warna putih.
"Itu kameranya mungkin wan." kata Andre.
"Apa iya?", kataku yang masih belum percaya kalau itu kameranya.
"Mungkin kameranya kedinginan, skip aja~" kata Andre.

Lalu aku lanjut buka foto yang lain sampai foto yang terakhir. Di foto yang terakhir kami sangat kaget dengan seribu pertanyaan. Di foto yang terakhir ada sosok seorang kakek yang tatapannya mengarah ke kami.
"Kayanya aku kenal sama kakek ini ndre." kataku.
"Co.. coba di perbesar aja wan, biar keliatan." kata andre dengan suara gemetar.

Saat di perbesar, ternyata kakek itu adalah kakek yang menghampiri kami sebelum masuk rumah kosong itu. Lalu sejak saat itu kami tidak ingin dan tidak pernah ingin punya niatan masuk ke rumah itu lagi. Lalu semua foto itu aku hapus sambil ketakutan.

Related Posts

21 komentar

  1. Ceritanya lumayan menarik, tapi masih ada beberapa kesalahan-kesalahan di sini. Terutama penggunaan EYD (sekarang sudah ganti menjadi EBI) yang masih belum tepat. Perhatikan kalimat sapaan, kata depan, penggunaan tanda petik. Menurutku, cerita ini mudah ditebak alurnya. Over all, tetap semangat nulis ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks gan :D
      memotivasi banget, maklum cerpen pertama saya, dan saya baru nubi banget di dunia per-cerpen-nan :v

      Hapus
  2. serem juga ceritanya coba lebih banyak foto seram seramnya

    BalasHapus
  3. Menakutkan :o Nice cerpen gan,kalo ditambahin gambar mungkin jadi lebih menusuk kedalam jiwa nih cerita

    BalasHapus
  4. Tapi mantap gan udah berani masuk di rumah kosong itu :D

    BalasHapus

Posting Komentar